Selasa, 19 Juli 2011

KELAS AKSELERASI


PELAYANAN ANAK BERBAKAT INTELEKTUAL
PADA KELAS AKSELERASI

Ali Maryonis,S.Pd
Kepala SMPN 6 Siak 

Abstrak. Banyak istilah yang dapat dipakai untuk menyebut anak berbakat ( giftedness ), di antaranya:anak unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, anak cerdas istimewa, dan masih banyak sebutan lainnya. kriteria yang digunakan bukan hanya semata -mata skor kemampuan intelektual umum (IQ), tetapi juga Kreativitas  dan  Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment) yang cukup tinggi.Program akselerasi ( percepatan) dapat diselenggarakan untuk mengakomodasi peserta didik yang memiliki potensi tersebut. Keuntungan program akselerasi bagi anak berbakat adalah:meningkatkan efesiensi, efektivitas, penghargaan, meningkatkan waktu untuk karier,  membuka siswa pada kelompok barunya.

Kata kunci : Pelayanan anak berbekat intelektual,  Kelas Akselerasi

I.    PENDAHULUAN

Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya. Akselerasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang diberikan bagi siswa dengan kecerdasan dan kemampuan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.
Program akselerasi pendidikan adalah memberikan pelayanan kepada siswa yang mempunyai bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa untuk mengikuti percepatan dalam menempuh pendidikannya. Untuk tingkat pendidikan dasar, siswa yang mempunyai bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menempuh pendidikannya selama 5 tahun, sedangkan untuk tingkat menengah SMP dan SMA siswa dapat menempuh pendidikannya selama 2 tahun. Pendidikan untuk tingkat SMP dan SMA dilakukan setiap semester waktu yang diberikan selama 4 bulan bukan 6 bulan. Sehingga kenaikan kelas dilakukan setiap 8 bulan.
Menurut churiyah ( 2009 )  Ada beberapa bentuk pelayanan yang bisa diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan istimewa ini ( Giftedness )  :”1)Program khusus, siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa bersama dengan siswa bekemampuan biasa.2)Kelas khusus, siswa yang memiliki kemampuan luar biasa ditempatkan pada kelas khusus.
3)Sekolah khusus, siswa yang belajar di sekolah ini adalah mereka yang hanya memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa
.
Berkaitan dengan program akselerasi, mau tidak mau anak didik kita dipacu untuk terus mengejar "nilai". Agar anak didik dapat mendapatkan nilai yang "baik", guru dituntut untuk dapat menyampaikan materinya pada anak didik dengan metode yang tepat dan singkat. Itupun ditambah dengan adanya pelajaran tambahan yang diharapkan dapat membantu anak didik agar nilainya tetap stabil di samping dapat mengejar materi pelajaran agar tidak tertinggal.
Untuk mencapai hasil yang maksimum dari pendidikan akselerasi ini perlu kerja keras, peningkatan proses pendidikan dari berbagai aspek. Seperti dikemukakan oleh Diah dalam buku Zulfan Saam ( 2010 : 113 ) “adalah sekolah yang berbasis teknologi informasi
Pelaksanaan pendidikan akslerasi ini dimulai dari perekrutan siswa, tenaga pengajar pilihan, pelaksanaan pembelajaran, kurikulum khusus, sarana prasarana, dukungan orang tua, lingkungan yang memadai, dan prospek masa depan yang memungkinkan.
Bagaimanapun juga akselerasi tidak membuat anak didik memiliki prestasi yang matang sesuai dengan tingkat perkembangan inteligensi anak, sebaliknya akselerasi telah melahirkan sebuah fenomena baru dalam dunia pendidikan. Pada sekolah penyelenggara program akselerasi adalah padatnya jam belajar anak didik dan banyaknya muatan pelajaran yang harus dipelajari.
Di tingkat pendidikan menengah, implementasi program akselerasi ini mungkin tidak begitu bermasalah, karena sudah sesuai dengan tingkat perkembangan inteligensi anak. Tetapi sebaliknya, untuk di tingkat pendidikan dasar, implementasi program akselerasi masih perlu dipertanyakan. Mengapa demikian? Anak-anak yang berada di tingkat pendidikan dasar masih identik dengan dunianya, yaitu dunia bermain


II.   Rekruitmen Siswa Akselerasi
Kehadiran kelas akselerasi di sekolah banyak dipersepsikan sebagai kelas khusus atau kelas unggulan sehingga sekolah difungsikan sebagai bagian dari nilai jual sekolah bersangkutan..“Anggapan seperti itu tentu menghasilkan salah identifikasi/rekruitmen. Padahal siswa cerdas istimewa harus ditanggapi dengan penyediaan layanan pendidikan yang berbeda sesuai dengan tingkat kecerdasannnya, minat dan kebutuhannya,”
Kriteria yang digunakan untuk identifikasi calon siswa akselerasi tidak hanya semata -mata skor kemampuan intelektual umum (IQ) saja. menjaring calon akseleran dapat dipergunakan kriteria lain seperti seleksi administratif (yang meliputi nilai LHBS/Rapor, Nilai Ujian Nasional, serta skor tes kemampuan akademis), dipertimbangan informasi data subyektif (nominasi diri, nominasi teman sebaya ,rekomendasi guru, dan rekomendasi orangtua), serta ketentuan kesehatan fisik dan kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orangtua.
Dikemukakan oleh Fakhruddin ( 2008 ) berkenaan dengan aspek psikologis calon peserta didik, ada tiga jenis tes yang dilakukan yaitu Kemampuan Intelektual (IQ), Kreativitas , dan keterikatan dengan tugas (task commitment). Selanjutnya Fakhruddin menguraikan tes yang dipakai dalam rekruitment siswa berbakat adalah:
1.      Tes Intelektual

Jenjang
Penjaringan
Penyaringan
IQ Minimal
SMP
Spearmen
Progressive

Weschler Intelelegence Scale for
Children, atau Culture Fair
Intelegence Test Skala 2A/2B

Very Superior = 130
SMA
Culture Fair
Intelegence Test
Scale 3A/3B

Weschler Adult Intelelegence Scale
atau Intellegence Structure Test
Very Superior = 140
2.      Tes Kreativitas
no
Jenjang
Tes Kreativitas
1
SMP
Tes Kreativitas Figural dan Tes Kreativitas
Paralel (yang disusun oleh Utami Munandar)
2
SMA
Tes Kreativitas Figural dan Tes Kreativitas
Paralel (yang disusun oleh Utami Munandar)

    Kriteria minimal 12 dari skala maksimal 20 atau (CQ = 113)

3.      Skala task commitment, yang mengacu pada indikator :
a.       Tangguh dan ulet (tidak mudah menyerah) ;
b.      Mandiri dan bertanggungjawab;
c.       Menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan risiko sedang;
d.      Suka belajar, dan mempunyai orientasi pada tugas yang tinggi;
e.       Konsentrasi baik
f.       Mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri ( working improvement)
g.      Mempunyai hastrat bekerja sebaik -baiknya (working the best they can)
h.      Mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akade
4.      Instrumen nominasi teman sebaya .Instrumen nominasi teman sebaya dikembangkan
dari 14 ciri -ciri keberbakatan yang dikeluarkan oleh Balitbang . Dikbud (1986).
5.    Angket nominasi/ rekomendasi guru, orangtuaSedangkan angket rekomendasi guru
diadopsi deng an sedikit pengembangan dari model identifikasi non -tes yang ditawarkan oleh Hawadi (2001).
6.      Serta rekomendasi dari orang tua. Setelah penyaringan diadakan pertemuan dengan orang tua siswa bertujuan untuk menjelaskan program akselerasi yang akan diselenggarakan oleh sekolah dan betapa pentingnya peran serta orang tua dalam menunjang kelancaran dan keberhasilan program tersebut, dan dibuat kesepakatan bahwa bila nantinya siswa tidak bisa mengikuti program ini dengan baik, siswa tersebut akan dikembalikan ke program reguler. Siswa dan Orang Tua yang telah menyetujui dengan surat kesediaannya dinyatakan sebagai  siswa program  Percepatan Belajar. Siswa tersebut dikelompokkan pada kelas khusus
7.      Siswa yang sudah terjaring/kelompok calon siswa akselarasi diamati oleh team secara terus-menerus selama 2 bulan semester 1 kelas VII dalam hal: kemampuan bersifat kritis mengemukakan pendapat  baik lisan maupun tertulis, beradaptasi bersosialisasi dan bertanggung jawab.  
Contoh Seleksi yang dikemukakan di atas adalah seleksi yang bisa dilakukan pada sekolah yang menerapkan kelas akselerasi, Siswa diterima dalam jumlah yang banyak, namun dilakukan pemilihan terhadap siswa yang akan di kelompokkan dalam kelas akselerasi. Siswa yang dinilai tidak mampu atau tidak memenuhi kriteria masuk kelas akselerasi akan mengikuti kelas reguler.
Misalkan, yang terjadi di sekolah Al Azhar Medan jumlah siswa yang diterima pada tingkat SMP sekitar 330 orang. Orang tua siswa tersebut umumnya tergolong ekonomi menengah ke atas. Biasanya mereka hanya mendapatkan siswa yang bisa masuk kelas akselerasi berkisar antara 16 sampai 26 orang ( sekitar 5%  – 8 % ) dari siswa kelas VII.

III.  Mengajar di Kelas Akselerasi

Guru yang mengajar di kelas akselerasi dipilih terlebih dahulu. Dilakukan seleksi terhadap guru yang akan ditugaskan mengajar pada kelas tersebut.Mereka perlu memberikan pendidikan khusus yang metode pengajarannya berbeda dengan kelas reguler. Disamping itu beban mengajar bagi guru di kelas akselerasi tidak disamakan dengan kelas reguler. Bebannya hendaknya lebih ringan. Dan insentif yang diberikan lebih besar. Sehingga mereka lebih terfokus dalam menjalankan kegiatannya mendidik siswanya.
Kelas akselerasi memang kelas yang menggairahkan. Tetapi banyak tantangan muncul setiap kali mengajar di kelas ini. Akan ada sesuatu yang baru temui. Di kelas akselerasi tantangan mengajar jauh lebih berat. Sebab menghadapi anak yang super, dan memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Bila anda tak bisa menjawab pertayaan mereka, sebaiknya jujur saja, dan katakan saya belum bisa menjawabnya sekarang dan saya akan menjawab pertanyaan itu kemudian. Sebagai PR buat diri sendiri sebagai seorang guru yang harus terus belajar sepanjang hayat.
Mengajar di kelas akselerasi harus mampu melakukan inovasi dalam pembelajaran berbasis TIK.  Diantara inovasi itu adalah dengan mengelola blog di internet yang dapat membantu siswa akselerasi belajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas.
Para siswa secara pribadi mempunyai fasilitas yang beraneka ragam. Semua menunjang mereka dalam mencapai prestasi dan hasil belajar yang baik. Informasipun sangat mudah mereka dapatkan.
Dalam mengajar, misalnya, guru harus menyelipkan materi sikap toleransi dan bagaimana cara menghargai orang lain, etika, dan yang berhubungan dengan persoalan psikologis  lainnya.Berkenaan dengan hal ini, Setiap bulan di evaluasi persoalan-persoalan yang di temukan. Pendampingan untuk siswa lebih diarahkan pada pengembangan kepribadian. Konkretnya, siswa-siswa akselerasi tetap bisa mengikuti pembelajaran dengan sistem percepatan, tapi tidak sampai menghambat kehidupan sosialnya
Penetapan kegiatan pembelajaran bagi program akselerasi membawa konsekwensi kepada guru untuk memodifikasi kegiatan pembelajaran ke corak kegiatan pembelajaran yang menuntut corak berpikir tingkat tinggi.


IV.  Siswa Kelas Akselerasi

Kelas akselerasi menjadi incaran berbagai perguruan tinggi favorit dalam dan luar negeri, dan sarat tawaran beasiswa, mereka tergolong IQ tinggi atau high superior, tingkat kreativitas baik, dan komitmen baik terhadap tugas sehingga jadi incaran bagi siswa yang berbakat dan orang tua yang punya perhatian khusus terhadap pendidikan.
Kebanyakan dari siswanya berasal dari orang tua yang berpendidikan.Ekonomi orang tua pun berada pada kelas menengah ke atas. Jarang sekali ekonomi lemah. Siswa pada kelas ini berumur lebih muda. Usia mereka beberapa tahun di bawah siswa kelas reguler yang setaraf dengan kelasnya. Siswa berbakat memiliki kemungkinan untuk berprestasi unggul dan punya kebutuhan untuk diakui,dihargai, dan diterima.
Prilaku merekapun kurang matang dari siswa pada kelas reguler. Masih ada ke kanak-kanakan dibanding siswa pada kelas reguler. Selain pergaulan yang kurang waktu tersedia karena lebih banyak belajar, umurpun lebih muda.
Namun demikian semangat dan kemampuan belajar mereka lebih tinggi. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Berbeda dengan anggapan dahulu, ternyata anak-anak berbakat juga lebih rentan terhadap faktorfaktor sosial dan emosional.            Anak-anak ini cenderung “ngotot”, berpikir bebas, dan introver. Mereka lebih banyak menyediri dan meskipun memperoleh energi dan kesenangan dari kehidupan mental yang menyendiri itu, merekajuga mengungkapkan bahwa mereka merasa kesepian.
Sekitar 20-25 % dari anak-anak yang sangat berbakat mengalami masalah-masalah sosial dan emosional, yaitu dua kali lebih besar dri nagka normal. Memberikan pelayanan kepada anak berbakat yang secara sosial terisolasi dan bosan bersekolah bukanlah hal yang mudah. Siswa akselerasi egonya memang tinggi. Tingkat IQ-nya tinggi sehingga ada perasaan lebih pintar dibandingkan siswa-siswa biasa. Lebih egois
Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan akselerasi bagi anak berbakat akademik adalah
memenuhi kebutuhan akan tugas-tugas yang penuh tantangan dalam bidang keberbakatan dan adanya persahabatan diantara teman sejawat yang memiliki kemampuan yang sama. Kita bukan hanya memerlukan anak bangsa yang panai, melainkan juga anak bangsa yang seimbang dalam kehidupan emosi dan sosial.
            Banyak siswa berbakat yang mengalami berbagai masalah, baik dalam pengajaran di sekolah maupun dalam penyesuaian diri di sekolah, di rumah, atau di masyarakat. Masalah yang muncul dapat diatasi dengan program bimbingan dan konseling yang merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan dan bertujuan membantu siswa untuk berkembang seoptimal mungkin. Guru BK dapat membantu perencanaan akademis, perencanaan karier perguruan tinggi, dan konseling individual di bidang psikososial. Guru BK dapat memberi bimbingan dan konseling secara pribadi, misalnya dinamika kelompok, kunjungan ke perguruan tinggi, siswa magang.

I.         Peran Orang Tua

            Para orang tua diingatkan agar tidak memaksa anak masuk kelas akselerasi demi mengejar gengsi. “Harus murni keinginan anak ditambah kemampuan si anak benar-benar mampu masuk kelas akselerasi. Pihak sekolah hendaknya membantu menyadarkan para orang tua. Jangan sampai mengintervensi anak.
Pada kelas akselerasi anak membutuhkan banyak fasilitas pembelajaran. Baik untuk di sekolah maupun fasilitas yang menunjang kegiatan belajar mereka di rumah. Semua ini tak luput dari perhatian orang tua. Buku-buku, komputer internet, telphon ( HP ), kendaraan, dan sebagainya merupakan fasilitas yang penting bagi mereka dalam mencapai prestasi belajar yang dikehendaki.
Keluarga dan orang tua memahami kebutuhan Siswa dengan cara mengetahui mengakselerasi, mencoba, dan meneliti. Orang tua menyediakan sarana dan fasilitas yang dapat membantu anak memenuhi rasa ingin tahunnya, dan orang tua tersebut lebih memungkinkan untuk menghasilkan Siswa yang berprestasi menonjol di sekolah. Orang tua yang memberikan perhatian serius terhadap perilaku Siswa, terutama yang terkait dengan disilin belajar, ketekunan, keuletan, dan lain-lain, serta memberikan kebebasan terlalu longgar, cenderung menyebabkan Siswa menjadi siswa yang berprestasi kurang. Siswa khususnya yang usianya tergolong remaja di Sekolah Menengah Atas, tetap memerlukan dukungan (support), pemberdayaan (empowerment), dan pengendalian (control) dari orng tuanya.
            Begitu juga dengan kesehatan mereka, perlu perhatian khusus dari orang tua. Belajar yang maksimal tentu memakan banyak tenaga yang mereka butuhkan. Kesehatan mereka tentu sangat penting dalam hal ini menjadi perhatian dari orang tua.
            Umumnya orang tua yang berpendidikan tinggi mengetahui hal ini. Fasilitas yang menunjang pendidikan menjadi perhatian dari orang tua yang sudah mengalami pendidikan yang tinggi. Perhatian khusus terhadap anak berbakat ini perlu dimaksimalkan.
            Siswa akselerasi ditinjau dari segi umurnya masih muda. Setelah selesai pendidikan, untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggipun diperlukan pendampingan sementara oleh orang tua. Misalnya masuk perguruan tinggi mereka untuk sementara harus di antar oleh orang tua sampai mereka bisa menyesuaikan diri. Apalagi kalau sudah pindah ke kota atau tempat lain.
Orang tua menyediakan waktu untuk mendengarkan masalah-masalah dan frustasi mereka,berdiskusi dengan anak, cara mengatasi masalah, bertanya mengenai penyesuaian pribadi dan memonitor kemajuan belajar, serta membangkitkan motivasi intrinsik dalam diri anak berbakat. siswa cerdas istimewa atau bakat istimewa sebagai anak juga memiliki sumber stres yakni akademis seperti padatnya jadwa, tuntutan dan tekanan pertahankan prestasi, kurang matang secara sosial, fisik dan emosional untuk melakukan belajar mandiri. Anak berbakat juga punya stres di kehidupan sosial dan emosional. Dampak stress ini sangat berat.
Guru, orang tua, dan konselor sebaiknya bekerja sama dalam membangun kesempatan bagi siswa berbakat untuk menatasi permasalahan mereka unyuk mewujudkan diri secara optimal, dan terdorong dari dalam untuk berdedikasi pada tujuan hidup yang bermakna, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi kesejahteraan lingkungannya.
Penanganan anak-anak seperti itu dengan mengembangkan kecerdasan emosi, pendekatan individual, memberi kesempatan untuk melakukan proyek-proyek nyata yang berguna bagi lingkungan sekitar.
Memberi kesempatan untuk mengembangkan minat dan potensi pribadi, juga menciptakan keseimbangan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak misalnya kegiatan berpikir dan berolahraga.




VI.Kurikulum Sekolah
Perbedaan kualitas penyelenggara layanan pembelajaran cerdas istimewa dan perbedaan penafsiran terhadap pedoman ditambah lagi munculnya tujuan-tujuan lain dari penyelenggaraan sekolah cerdas istimewa menyebabkan pelaksanaan di sekolah mengalami distorsi.
Akibat adanya distorsi tersebut di tanah air terdapat berbagai macam layanan pembelajaran cerdas istimewa dengan bobot kualitas berbeda. Dikuatirkan keragaman layanan pembelajaran cerdas istimewa menyimpang dari pedoman bahkan bertolak belakang dengan maksud penyelenggaraan layanan pembelajaran tersebut.
Di Indonesia kurikulum cerdasi istimewa dilakukan dengan membentuk kurikulum yang dipadatkan agar tuntutan waktu dapat diakselerasikan menjadi satu tahun lebih awal sehingga terjadi akselerasi masa belajar. Cara modifikasi kurikulum yang demikian ternyata telah menempatkan kurikulum program cerdas istimewa menjadi kurikulum yang ringkas tetapi tetap dalam bobot regular yang tidak akselerasi. Siswa cerdas istimewa hanya akan menerima kurikulum berbobot regular yang telah dipadatkan.
Layanan pembelajaran pada kelas akselerasi diarahkan pada aktualisasi potensi kecerdasaran atau bakat istimewa. Dengan pola seperti itu percepatan dimungkinkan tetapi substansi keilmuan yang harus dikuasi tidak boleh terabaikan.
Sebenarnya kurikulum yang cocok dengan akselerasi ini adalah pelaksanaan sistem kredit semester ( SKS ). Pelaksanaannya sekolah sampai sore dan ketuntasan belajar disesuaikan dengan ketuntasan belajar pada kelas reguler.


VII.     Simpulan dan Saran

1.      Simpulan
a.    Siswa yang berkemampuan jauh di atas normal cenderung lebih cepat menguasai pelajaran yang disampaikan oleh guru. Akibatnya siswa ini akan menunggu siswa yang lebih lamban darinya. Padahal mereka siswa yang merupakan asset dalam dunia pendidikan. Jika tidak ada perhatian khusus terhadap mereka, maka akan terjadi  undercheiver.
b.   Salah satu penangan yang lebih cocok adalah dengan melaksanakan Akselerasi pembelajaran terhadap mereka. Jumlah mereka memang tidak terlelu banyak. Mungkin hanya 2 %atau 3% dari total jumlah siswa keseluruhan. Namun jika ditangani dengan sungguh-sungguh mereka merupakan asset bangsa.
c.    Penanganan siswa  berbakat ( giftedness ) bukanlah hal yang mudah. Dimulai dari identifikasi atau rekruitmen, pelaksanaan pengajaran, kurikulum, perhatian dari orang tua, kerjasama orang tua dengan sekolah, fasilitas yang disediakan perlu dirancang dan diterapkan sedemikian rupa. Dengan harapan siswa bisa berkembang dengan optimal dan masalah psikologisnya bisa di atasi.  
2.      Saran
a.    Untuk anak berbakat ( giftedness ) sebaiknya dibuat suatu sekolah khusus pada tingkat provonsi, sedangkan untuk tingkat kabupaten dibuat kelas akselerasi. Sedangkan pada tingkat kecamatan dan bagi orang tua yang kurang menunjang baik dari segi psikologis maupun finansial untuk anak berbakat cukup diberikan penyaaan
b.   Sekolah penyenggara akselrasi sebaiknya melakukan suatu pertemuan rutin untuk waktu-waktu tertentu agar proses pendidikan terhadap anak berbakat ini bisa terlaksana dengan lebih sempurna.
c.      Guru yang menangani juga diberikan suatu aturan khusus. Mengajar bukan diwajibkan 24 jam per minggu. Mungkin porsinya bisa dikurangi. Kepada mereka juga diberikan pendidikan dan peltihan khusus. Juga insentif yang lebih tinggi. Sehingga fokus terhadap pendidikan anak berbakat jauh lebih terarah
d.    Karena anak berbakat ini merupakan asset negara sebaiknya pemerintah lebih memberikan peluang dan perhatian khusus terhadap pendidikan mereka. Sehingga pemikiran-pemikiran dan kinerja mereka pada masa mendatang memberikan kontribusi terhadap kemajuan bangsa dan negara.


VII.  Daftar Rujukan

Hasnah Faizah. ( 2010 ). Filsafat Pendidikan Kumpulan tulisan Mahasiswa Pasca sarjana Magister manajemen Pendidikan Universitas Riau. . Pekanbaru . Unri Press.
Maziatul Churiyah.( 21 Maret 2009 ). Pembelajaran Akselerasi.Malang. html.
Zulfan Saam. ( 2010 ). Psikologi Pendidikan. Pekanbaru. Unri Press.
Asosiaso CI+BI Nasional. ( 19 Juli 2009 ). Riana Helmi,S.Ked Belajar Jadi Kegiatan Menyenangkan. Jakarta.html
Wijaya Kusumah.( 2010 ). Kelas Akselerasi Labschool Jakarta. Jakarta. http//wijayalabs.com
M Fakhruddin. ( 2008 ). Program Percepatan Belajar ( Akselerasi) Sebagai Salah Satu Inovasi Labschool Dalam Memberikan Layanan Belajar Bagi Siswa Cerdas Istimewa. Jakarta.html